Kalimat langsung adalah kalimat yang secara langsung diungkapkan oleh seseorang. Orang yang bersangkutan mengungkapkan kalimat tersebut tanpa perantara dan tanpa perubahan apa pun. Kalimat jenis ini bisa kita temukan saat seseorang sedang berceramah atau berpidato. Orang tersebut menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya kepada pendengar secara langsung. Kalaupun sambil membaca, tetap saja orang tersebut yang menulisnya.
Dalam karya sastra, kalimat langsung biasanya berbentuk dialog dan monolog. Baik dialog monolog merupakan kalimat yang diucapkan secara langsung oleh seseorang. Kemudian kalimat tersebut harus terucap secara lisan, bukan terucap dalam hati. Apabila seseorang hanya mengucapkan dalam hati, maka bukan termasuk dialog atau monolog.
Baca Juga: Cerpen Singkat untuk Tugas Sekolah
Dialog merupakan bentuk percakapan antara dua orang atau lebih dalam sebuah interaksi. Percakapan tersebut bisa terjadi secara tatap muka maupun melalui telepon. Ada dialog, ada pula monolog. Monolog adalah kondisi di mana seseorang berbicara seorang diri. Monolog singkatnya memiliki arti berbicara dengan diri sendiri. Lalu, bagaimana cara penulisannya yang benar? Yuk, simak penjelasan dan contohnya!
Cara Penulisan Kalimat Langsung

Kalimat langsung berupa dialog dan monolog yang terdapat dalam karya sastra memiliki aturan penulisan sendiri. Kalimat tersebut harus diapit oleh tanda petik (“) di awal dan akhir kalimat. Dialog dan monolog biasanya diawali ataupun diikuti dengan kata kerja dan subjek. Keduanya memiliki susunan sendiri.
Apabila subjek dan kata kerja berada di awal, maka urutan penulisannya adalah subjek, kata kerja, tanda koma, tanda petik, kalimat ucapan, tanda titik (atau tanda baca lain yang sesuai), dan terakhir adalah tanda petik.
(Subjek) (kata kerja)(,) “(Kalimat ucapan).”
Apabila subjek dan kata kerja berada di akhir, maka urutan penulisannya adalah tanda petik, kalimat ucapan, tanda koma (atau tanda lain yang sesuai), tanda petik, kata kerja, dan subjek.
“(Kalimat ucapan)(,)” (kata kerja) (subjek).
Contoh Kalimat dalam Dialog
Contoh jika subjek dan kata kerja berada di awal
- Sambil memasukkan kertas ke dalam tasnya, Alina bertanya, “Memangnya besok mau ke mana?”
- Fariz ikut menimpali, “Lah, Ar, kan ini masuk divisimu. Kok jadi tanya ke Alina?”
- Sambil meneguk minuman di tangannya, Bobby pun bertanya, “Masa, sih, nggak nyadar aku duduk di sini? Lagi ngelamunin apa, sih?”
- Ardi pun menjelaskan sekaligus bertanya, “Semalem aku udah diskusi sama anak Sosbud sekalian ngerancang. Habis itu tinggal minta persetujuan kordes, habis itu ngobrol sama Mas Ryan. Kamu mau kan temenin ke rumah Mas Ryan?”
- Dengan menahan kesal, Dania mencoba menengahi, “Udah, cukup! Udah dikasih solusi, masih aja berdebat!”
- Pak Indra mengamati lembaran kertas di tangannya, lalu berkata, “Sekarang saya minta tolong Mbak Alina memaparkan rencana penelitiannya. Nanti teman-teman yang lain bisa memberikan pertanyaan, kritik, dan saran buat Mbak Alina.”
- Sebuah suara lembut khas wanita merespons dari ujung telepon, “Halo, Ndhuk, wis teko endi?”
- Setelah menelan makanannya, gadis itu menjawab sekaligus bertanya, “Ten Jenggolo Kepanjen, Pak. Bapak ngertos?”
- Pak Andi kembali mewanti-wanti, “Nanti kalau ada kesulitan, njenengan matur saja sama Mas Ryan. Nanti kami pasti bantu Mbak sama Mas semuanya. Pokoknya jangan sungkan-sungkan.”
- Dengan penuh keyakinan, lelaki itu menarik napas panjang dan mengucap, “Qobiltu nikakhaha wa tazwijaha linafsii bilmahril madzkuuri haalan.”
Jika subjek dan kata kerja berada di akhir, begini contohnya
- “You’re falling in love. Am I right?” tanyaku. Kali ini aku menoleh. Menatap dalam-dalam manik hitam di hadapanku.
- “Apa, Fan? Dingin banget! Aku mau tidur bentar lagi, ya?” pintaku.
- “Makan dulu, Bob. Tuh ada soto anget,” ucap Irfan.
- “Kamu ini bikin orang kaget aja!” sungut Alina.
- “Ini ya, Riz,” ucap gadis itu sembari menyodorkan sebuah buku tulis.
- “Nggak nyangka udah di hari terakhir bareng-bareng,” sahut Fariz.
- “Nggih, Pak. Nanti saya informasikan ke teman-teman,” ucapnya dengan sopan.
- “Nggak dijawab salah. Dijawab pun masih salah. Dasar rewel!” ucap Frisanda.
- “Pripun para saksi? Sah?” tanya seorang pria berumur yang memimpin acara sakral itu.
- “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu,” jawabnya sambil menahan gejolak dalam dada.
Nah, itulah pengertian dan contohnya. Saat kita bicara sehari-hari juga termasuk kalimat langsung. Selanjutnya Mindu akan membahas materi pembandingnya, yaitu kalimat tidak langsung. Ikuti terus, ya! Mari belajar asyik bareng Mindu!
2 thoughts on “Kalimat Langsung: Pengertian dan Contohnya”