Ketika berbicara tentang kalimat, kita tidak bisa lepas dari pemahaman dasar yang penting untuk kita ketahui. Dengan begitu, kita tidak asal dalam membuatnya tanpa memperhatikan aturan maupun struktur. Saat membaca suatu karya tulis pun kita akan tahu jenis kalimatnya. Ke depannya, ini akan memudahkan kita dalam menulis sebuah karya hingga enak dibaca.
Pasti kita sudah sering mendengar ada kalimat langsung dan tidak langsung. Kedua jenis kalimat ini akan kita temui dalam sebuah karya sastra bahasa Indonesia, terlebih karya fiksi. Kedua jenis kalimat ini memiliki peran untuk menyatakan dialog dari tokoh maupun karakter dalam karya fiksi. Kita bisa menemukan keduanya dalam karya tulis seperti cerpen, novel, dan masih banyak lagi.
Sebelumnya kita sudah belajar tentang kalimat langsung, yaitu kalimat yang mengambil langsung pernyataan seseorang tanpa perantara dan tanpa mengubah pesannya sedikit pun. Kalimat yang bersifat langsung kita tulis kembali tanpa ditambah atau dikurangi, atau dengan kata lain kita mengutip semua kalimatnya.
Sebaliknya adalah kalimat yang bersifat tidak langsung. Kutipan dalam kalimat ini berwujud berita. Bisa disimpulkan bahwa bila kalimatnya berisi suatu kejadian atau peristiwa dari sumber lain, kemudian penutur mengubah tatanan atau strukturnya tanpa mengubah makna atau isi pesannya.
Ciri-Ciri
Uniknya, kalimat jenis ini mempunyai ciri yang membuatnya berbeda dengan kalimat lain. Ada beberapa ciri khas, antara lain:
Baca juga: Kalimat Langsung: Pengertian dan Contohnya
1. Memiliki intonasi mendatar dan menurun di akhir kalimat
Terdengar aneh bagi orang awam yang belum memahaminya, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya bahwa kalimat ini termasuk memiliki sifat informatif (berita). Dengan begitu, cara membacanya menggunakan intonasi seperti membaca berita pada umumnya. Ini dikarenakan kalimat berita memiliki kesetaraan, sehingga tidak ada frasa yang harus diucapkan lebih tegas.
2. Tidak menggunakan tanda petik dua (“…”)
Ciri lainnya dari kalimat berita adalah tidak membutuhkan tanda petik atau kutip. Hal ini tentu berbeda dengan kalimat yang bersifat langsung, yaitu menggunakan tanda kutip atau petik. Berikut contohnya:
a. Livy berkata pada Van, “Laki-laki tipeku itu yang berkacamata.”
Kita bisa mengubahnya menjadi: Van mendengar apabila tipe idaman Livy adalah laki-laki berkacamata.
b. Van bercerita pada Dicky, “Aku menyukai gadis cupu.”
Kita bisa mengubahnya menjadi: Dicky mendengarkan cerita Van yang menyukai gadis cupu.
c. Sang ayah berkata pada Rhea, “Suruh adikmu belajar dengan baik.”
Kita bisa mengubahnya menjadi: Rhea menyampaikan pesan sang ayah pada adiknya agar belajar dengan baik.
d. “Aku berjanji tidak akan berbohong lagi, Doraemon,” ucap Pikachu.
Kita bisa mengubahnya menjadi: Pikachu berjanji pada Doraemon bahwa ia tidak akan berbohong lagi.
e. “Bukan aku yang melakukannya, Bee!” ucap Kayla.
Kita bisa mengubahnya menjadi: Kayla bersumpah pada Bee bahwa bukan ia yang melakukannya.
3. Terdapat perubahan kata ganti orang di kalimat yang kita kutip
Kita perlu memahami bahwa kalimat jenis ini adalah bentuk penyampaian ulang yang kita ambil perkataan seseorang, sehingga ada perubahan kata seperti kata ganti orang di kalimat yang dikutip. Berikut contohnya:
- Kata ganti orang pertama kita ubah menjadi kata ganti orang ketiga. Kata ganti orang pertama seperti ‘saya’, ‘aku’, dan ‘kami’ harus kita ubah menjadi kata ganti orang ketiga, misalnya ‘dia’, ‘mereka’, atau nama orang ketiga.
- Kata ganti orang kedua ‘kamu’ kita ubah menjadi orang pertama ‘saya’.
- Kata ganti orang kedua jamak ‘kalian’ dan ‘kita’ perlu kita ubah menjadi ‘kami’ atau ‘mereka’ sesuai dengan konteks kalimatnya
4. Menggunakan konjungsi atau kata hubung.
Jenis kalimat ini menggunakan kata hubung atau konjungsi seperti ‘bahwa’, ‘supaya’, ‘sebab’, ‘untuk’, ‘agar’, ‘tentang’, dan masih banyak lagi. Berikut contohnya:
a. “Arza, kamu jelaskan ini di depan kelas agar yang lainnya lebih paham dan bisa melatih kemandirian kalian semua,” pinta Bu Ajeng.
Kita bisa mengubahnya menjadi: Bu Ajeng meminta Arza memberikan penjelasan di depan kelas agar siswa lainnya lebih paham serta bertujuan melatih kemandirian siswa.
b. “Minggu pagi besok, aku ingin berolahraga bersama teman-teman,” ucap Dadang.
Kita bisa mengubahnya menjadi: Dadang mengatakan bahwa ia ingin berolahraga pagi di hari Minggu bersama teman-temannya.
c. Faldi lalu menjawab, “Aku tidak bisa ikut liburan karena harus mengambil rapor adikku.”
Faldi menjelaskan bahwa ia tidak ikut berlibur karena harus mengambil rapor sang adik.
d. “Mending di gedung A saja, tempatnya enak. Aku pernah rapat di sana,” ucap Karina.
Kita bisa mengubahnya menjadi: Karina merekomendasikan tempat rapat karena ia sudah pernah rapat di sana. sebelumnya.
e. “Kita harus segera mengosongkan ruangannya karena mau dipakai kegiatan selanjutnya,” ucap Andi.
Kita bisa mengubahnya menjadi: Andi menyampaikan bahwa mereka harus segera mengosongkan ruangan ini karena akan dipakai kegiatan selanjutnya.
Struktur Kalimat
Tidak hanya memiliki ciri yang berbeda, kalimatjenis ini juga mempunyai struktur kalimat sebagai berikut:
Subjek+predikat+kata hubung+kata yang disampaikan oleh subjek.
Contoh:
Langsung: “Nanti akan ada ulangan fisika,” ucap Arum.
Tidak langsung: Arum menyampaikan bahwa nanti akan ada ulangan fisika.
Langsung: “Maaf aku tidak bisa datang,” ucap Bobby.
Tidak langsung: Bobby meminta maaf karena ia tidak bisa datang.
Demikianlah tentang kalimat tidak langsung yang bisa kita pahami untuk memudahkan Kita dalam menulis dan memahami karya tulis yang. Kita perlu memahami hal dasar tentang bentuk atau jenis kalimat agar nantinya tidak ada kesalahan dalam menyusunnya, sehingga menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakjelasan saat dibaca. Sangat mudah dipahami bukan?
Mau belajar seputar apa lagi, nih, bareng Mindu? Yuk, tulis di kolom komentar!